R I S T E K

Kementerian Negara Riset dan Teknologi

PROGRAM RISET,
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

I N T E R N A S I O N A L

Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Republik Indonesia

Sunday, January 01, 2006
The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dibentuk melalui deklarasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967. Pada tahun 1971, ASEAN menetapkan komisi tetap bidang IPTEK (the Permanent Committee on S&T) dengan maksud untuk mempromosikan dan mengintensifkan kerjasama (KS) dalam kegiatan-kegiatan IPTEK untuk menangani masalah-masalah regional ASEAN, serta untuk meningkatkan perkembangan IPTEK pada Negara-negara anggota ASEAN. Menindak lanjuti komisi tetap tersebut, maka pada tahun 1978, komisi tetap bidang IPTEK kemudian diubah menjadi ASEAN Committee on Science and Technology (ASEAN COST). Setiap Negara ASEAN mempunyai Ketua COST Nasional (National COST Chairman/Chairperson) yang bertemu dua kali setahun untuk membicarakan kebijakan IPTEK regional, usulan maupun status KS IPTEK yang sedang ditangani. Kementerian RISTEK telah berpartisipasi pada ASEAN COST sejak dari tahun 1999 sampai sekarang.

- ASEAN Science and Technology Week (ASTW)
ASEAN Science and Technology Week (ASTW) merupakan acara khusus Komite IPTEK ASEAN (ASEAN Committee on Science and Technology, ASEAN COST), yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. tujuan utama kegiatan ASTW untuk mempromosikan perkembangan IPTEK negara-negara Asia Tenggara. Selain itu, ASTW ditujukan pula untuk membuka kesempatan bagi para ilmuwan, teknokrat, peneliti, akademisi, tenaga pemerintah, praktisi, dan pihak swasta; agar mereka dapat saling berinteraksi, saling mempromosikan jaringan kerjasama, serta memperluas kerjasama IPTEK.

Negara tuan rumah dari kegiatan ASTW dipilih berdasarkan rotasi abjad dari Negara-negara ASEAN. Penyelenggaraan ASTW yang pertama hingga yang keenam telah sukses dilaksanakan di Malaysia, Philippina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Brunei Darussalam pada 1986, 1989, 1992, 1995, 1998, dan 2001. Pada tahun 2005, Kementerian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK) mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan ASTW ke tujuh (7th ASTW) di Jakarta. Pelaksanaan kegiatan 7th ASTW di Indonesia merupakan perwujudan dari salah satu komitmen bangsa Indonesia dalam forum Internasional, khususnya dalam ruang lingkup regional ASEAN, dalam rangka meningkatkan Riset, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (RIPTEK) Indonesia dalam forum tersebut.

Tema dari kegiatan 7th ASTW adalah "Inovasi ASEAN: Menciptakan Daya Kompetisi ASEAN Melalui Inovasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: atau "Innovative ASEAN: Creating ASEAN Competitiveness through Innovation, Science and Technology". Sedangkan sub-tema yang dipilih adalah :
- Kemitraan publik-swasta, serta jaringan kerjasama atau "Public-private partnerships and networking";
- Manajemen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau "Management of Intellectual Property rights (IP)";
- Manajemen inovasi dan teknologi atau Management of Innovation and Technology (MIT);
- Teknologi-teknologi unggulan, antara lain Nanoteknologi, Bioinformatika serta Bioteknologi atau "Frontier technologies, among others Nanotechnology, Bioinformatics, Biotechnology".


Dalam 7th ASTW in telah diselenggarakan beberapa kegiatan, yaitu 2nd Science Congress & Sub Committee Conferences, Sub Committee Meetings, 50th ASEAN COST Meeting, Ceremony of Indonesian Technology Day, 11th ASEAN Ministerial Meeting of S&T, ASEAN Business Gathering/Gala Dinner, ASEAN S&T Awards, dan ASEAN RITECH EXPO.

Kongres Ilmiah ke-2 dan Konferensi Sub Komite (2nd Science Congress and Sub Committee Conferences) mengikutsertakan pembicara kelas dunia dari negara-negara lain, yang akan membagikan pengalaman dalam meraih prestasi tingkat dunia mereka bagi para peserta. Selanjutnya, mata rantai konferensi Sub Komite yang berhubungan dengan sains dan teknologi untuk bidang pangan, meteorologi dan geofisika, mikroelektronika dan IT, ilmu material, bioteknologi, riset energi non-konvensional, sains dan teknologi maritim, sains dan teknologi serta pengembangan infrastruktur, teknologi luar angkasa dan aplikasinya, mengisi ASTW dalam sesi-sesi pararel. Acara ini dihadiri oleh 483 peserta dari negara-negara ASEAN dan negara lainnya, seperti Belanda, Russia, Komisi Uni Eropa, Pakistan, Cina dan Jepang. Jumlah makalah yang dipresentasikan sebanyak 219 makalah, ditambah 274 makalah dalam 9th ASEAN Food Conference dimana sebagai tuan rumah adalah LIPI, sebagai salah satu kegiatan dari 7th ASTW.

Pada pertemuan tingkat Menteri IPTEK ASEAN (11th ASEAN Ministerial Meeting on S&T, 11th AMMST), 11-12 Agustus 2005, Mennegristek mengeluarkan beberapa pernyataan, yaitu:

1. Menyelaraskan program COST guna mendukung Vientiane Action of Programme (VAP) 2004-2010.
2. Mengidentifikasi proyek regional IPTEK yang bertujuan untuk mengatasi masalah regional ASEAN.
3. Mengusulkan kegiatan kerjasama yang dapat dilaksanakan dalam ruang lingkup regional: Renewable resource of energy, Disasters mitigation, Open Source, Newly Emerging Disease dan Food Resilience.
Contoh-contoh usulan Kerjasama regional dalam bidang:
- Tsunami Early Warning System (TEWS), dimana Thailand dan Indonesia sudah terlibat dalam Kerjasama ini.
- Emerging diseases, i.e. Avian Influenza, HIV/AIDS, SARS.
- Energi alternatif (renewable resources), seperti wind, sea wave and current energy, biodiesel, biofuel dan hydrogen.
4. Kegiatan-kegiatan untuk mendukung Pengembangan SDM ASEAN:
-ASEAN Virtual Institute of S&T (AVIST) yang dikoordinir oleh Thailand menawarkan program training mengenai “Introduction to technology innovation and management, Hypercourse of bioinformatics, serta Sustainable Ecotourism Development”.
- Brunei Darussalam menawarkan training “Capacity Building Exercise in Landfill Gas Utilization for CLMV”.
- Other ASEAN Countries: Training on Capacity Building Actions for CLMV, i.e. in Biotechnology field.
5. Seiring dengan era informasi, kolaborasi ASEAN dapat diperbaharui dengan prinsip-prinsip penghematan waktu, efisiensi dan memacu produktivitas melalui teknologi jaringan. Untuk ini, Indonesia menawarkan training Open Source Network untuk semuan negara ASEAN, serta menyarankan ASEAN untuk memulai ASEAN Go Open Source.
6. Mencari langkah-langkah inovatif untuk memperbesar dana ASEAN Science Fund (ASF), antara lain melalui investment mechanisms dan public-private partnership. Untuk ini, Indonesia menyarankan tiga isu penting yaitu:
- pengembangan network-based infrastructure di ASEAN
- memfokuskan pada S&T Intermediary mechanism
- diseminasi Manajemen Inovasi dan Teknologi di ASEAN, serta pengembangan Innovation Based Company untuk mendukung proses transfer IPTEK dari R&D Center ke real business (playing fields).
7. Pengkajian ulang dari keberadaan Sub Komite – Sub Komite saat ini, dengan memperhatikan perkembangan IPTEK sekarang dan masa yang akan datang, serta perkembangan dari enam sektor kerjasama di dalam ASEAN.

ASEAN S&T AWARDS, merupakan penghargaan pencapaian dalam bidang IPTEK ASEAN yang diberikan oleh COST setiap tiga tahun sekali dalam rangka penyelenggaraan ASEAN Science Technology Week. Penghargaan yang pertama adalah The ASEAN Science and Technology Meritorious Service Awards (AMSA), penghargaan ini akan diberikan kepada 10 peneliti. Untuk ini, satu peneliti dari tiap negara anggota ASEAN akan diberikan penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan IPTEK. Adapun penerima penghargaan dari Indonesia adalah Prof. Dr. Oei Ban Liang (Professor Emiritus ITB). Kedua, The ASEAN Outstanding Scientists and Technologists Award (AOSTA), penghargaan yang diberikan kepada satu peneliti ASEAN atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang IPTEK melalui usahanya yang dilakukan secara terus menerus serta telah diakui secara nasional dan internasional. Untuk ini, pemenang dipilih satu dari 10 finalis ASEAN yang mewakili tiap negaranya. Pemenang AOSTA adalah Dr. Ariff Bongso (Singapore) dan Prof. Dr. Sangkot Marzuki (Indonesia). Ketiga, The ASEAN Young Scientists and Technologists Award (AYSTA), penghargaan ini diberikan kepada satu peneliti muda ASEAN atas kontribusinya dalam riset, perkembangan dan inovasi di bidang IPTEK. Penghargaan ini diharapkan dapat membantu memberikan inspirasi kepada penerima penghargaan untuk meraih pencapaian tertinggi di bidang IPTEK. Untuk ini, pemenang dipilih satu dari 10 finalis ASEAN yang mewakili tiap negaranya. Pemenang AYSTA adalah Prof. Dr. Tengku Sifzizul Tengku Muhammad (Malaysia) dan Dr. Luis Francisco Gumaru Sarmenta (Philippines).

Dalam ASEAN - RITECH Expo 2005 yang digelar dalam rangka ASTW selama 12 hari dari tanggal 6 – 12 Agustus 2005 ini, sebanyak 87 peserta pameran mengisi 132 booths yang tersedia. Enam negara ASEAN yang turut berpartisipasi adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Phillipines, Singapore, Thailand dan Viet Nam. Pelaku IPTEK pemerintah dan pihak swasta Indonesia juga tidak kalah dalam memperlihatkan dan mempromosikan kemajuan IPTEK nya pada kesempatan ini.

Pertemuan ASEAN Expert Group Meeting on The New ASEAN Plan of Action Science and Technology (EGM – APAST), Jakarta, 25-26 Juli 2006

Pertemuan ini dihadiri oleh 35 peserta yang terdiri dari 15 peserta ASEAN dan 20 peserta Indonesia. Hadir dalam pertemuan adalah National ASEAN Committee on S&T (COST) Chairman – Philippines, National ASEAN COST Chairman Indonesia, para pakar dari 10 negara ASEAN dan ASEAN Secretariat. Pertemuan ini dibuka dan ditutup oleh Prof. Dr. Carunia Firdausy sebagai National ASEAN COST Chairman Indonesia, dan diorganisir oleh Kedeputian Bidang Program RIPTEK.

Pertemuan EGM APAST merupakan kelanjutan dari pertemuan brainstorming sebelumnya pada COST ke-51 di Brunei Darussalam (April 2006), sebagai upaya untuk meningkatkan intensitas kerjasama IPTEK regional tingkat ASEAN. Tujuan dari pertemuan adalah untuk menyusun ASEAN Plan of Action on S&T (2007-2011), dalam rangka mendukung keputusan para pemimpin ASEAN untuk melaksanakan visi ASEAN 2020. Pertemuan ini juga merupakan implementasi dari kesepakatan para Menteri ASEAN dalam pertemuan 11th ASEAN Ministerial Meeting on S&T (11th AMMST) di Jakarta, 8-10 Agustus 2005, yang antara lain menekankan pentingnya penyusunan APAST (2007-2011) sebagai acuan kerjasama multilateral IPTEK ASEAN.



Beberapa hasil dari pertemuan EGM APAST adalah disepakatinya Core Flagship Programs dalam ASEAN COST, yang antara lain terdiri dari:
- S&T interventions in environment and disaster management, i.e. Multihazard early warning system;
- Energy: new and renewable energy (e.g. Solar, wind, geothermal, biofuels) energy conservation, rural eletrifications;
- Applications and development of Open Source System (not limited to software and hardware) in several areas;
- Food Security and safety (biotechnology and food sciences), including functional food, serta 7 relevant support activities.

Indonesia menyepakati untuk menjadi leaders dalam program 1, 2 dan 3, serta telah menyampaikan konsep paper mengenai ketiga hal tersebut. Flagship Programs ASEAN kemudian didiskusikan lebih lanjut dalam pertemuan ASEAN COST ke 52 (21-26 Agustus 2006) dan pertemuan 4th Informal ASEAN Ministerial Meeting on S&T (4th IAMMST) di Malaysia.

- Pertemuan ASEAN COST ke 52 dan 4th IAMMST (Kuantan, Pahang, Malaysia, 22-29 Agustus 2006)
Pada pertemuan ASEAN COST ke 52, Dr. Finarya Legoh-National Focal Point Indonesia memimpin pertemuan ke 10 Advisory Body of ASEAN Science Fund (10th ABASF) dan menghasilkan draft guidelines untuk penggalangan dan penggunaan dana ASEAN Science Fund (ASF). Draft tersebut akan didiskusikan pada pertemuan ASEAN COST ke 53 di Viet Nam, April 2007.

Pada pertemuan ASEAN COST ke 52 dan 4th IAMMST, Delegasi Indonesia yang berasal dari Kementerian RISTEK, LIPI, LAPAN, BAKOSURTANAL, Departemen Luar Negeri yang berjumlah 18 orang, berpartisipasi pada pertemuan dan pameran IPTEK ASEAN. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Prof. Carunia Mulya Firdausy sebagai National COST Chairman-Indonesia. Topik yang ditampilkan pada pameran tersebut adalah Tsunami Early Warning System (TEWS) - Dr. Teddy Sudinda; Indonesia Go Open Source (IGOS) - Prof. Dr. Engkos Koswara; Agricultural Biotechnology (transgenic rice, recombinant EPO (Erythrophoetin) production, natural product discoveries)-Dr. Ines Atmosukarto; Space Technology-LAPAN.

Para Menteri IPTEK ASEAN mengharapkan bahwa APAST yang baru akan meningkatkan kerjasama regional ASEAN dalam fase transisi, melalui modernisasi negara berbasis pertanian menjadi negara berbasis industri; memacu negara-negara ASEAN untuk menjadi 'the Knowledge-based economy', serta pada saat yang bersamaan mengurangi kesenjangan dan ketertinggalan pembangunan diantara sesama anggota negara ASEAN. Selain itu, pertemuan juga mendiskusikan mengenai pentingnya keterlibatan sektor swasta dalam merealisasikan Vientiane Action Plan (VAP) dan ASEAN Vision 2020. Menteri IPTEK ASEAN juga menyarankan ASEAN COST untuk berkonsultasi dengan mitra dari body ASEAN lainnya, untuk bersama-sama menganggulangi multisectoral issues seperti emerging infectious disease, new energy dan disaster management. Dalam penjabarannya, Menteri IPTEK ASEAN menekankan pentingnya negara berbasis ilmu pengetahuan (Knowledge (K)-economy); pentingnya arahan dan inisiatif untuk mengeksplorasi kekuatan masing-masing negara ASEAN untuk mengimplementasikan aktivitas penelitian dan pengembangan, khususnya dalam bidang Bioteknologi, Nanoteknologi, ICT dan Disaster Management dengan basis cost-sharing, berdasarkan kesamaan program nasional dari setiap Negara ASEAN. Pertemuan 12th AMMST direncanakan akan dilangsungkan back to back dengan pertemuan ASEAN COST ke 53 di Myanmar pada bulan Agustus 2007.

- 12th ASEAN-India TSTP (New Delhi, 6-7 November 2006)
Penyelenggaraan kegiatan 12th TSTP dilaksanakan di Hotel Intercontinental, New Delhi, India, pada tanggal 6-7 November 2006. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Department of Science & Technology (DOST), Confederation of Indian Industry (CII) - India dengan mitra yang bergantian setiap tahunnya. Acara 12th TSTP ini dibuka secara resmi oleh H.E. Kapil Sibal, Minister of Science & Technology and Earth Sciences - India, pada tanggal 6 November. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyediakan forum komunikasi bagi pelaku IPTEK yang berasal dari berbagai Institusi R&D, kalangan akademia, industri maupun pemerintah dari negara-negara ASEAN, India, dan ROK. Melalui forum ini, diharapkan kemitraan dalam bidang teknologi antara pelaku IPTEK di Negara ASEAN dan India dapat terfasilitasi.


Sekitar 70 pembicara ASEAN dan India dari berbagai institusi litbang, universitas dan beragam industri mempresentasikan pencapaian terkini dari penelitian mereka, serta state-of-the art of technologies dari ke lima topik di atas. Pameran 12th TSTP diikuti oleh sembilan stand pameran dari negara-negara ASEAN, 11 stand pameran dari India, serta 1 stand pameran dari ROK. Sekitar 500 peserta mengunjungi seminar, dan selama 2 hari sekitar 2000 orang mengunjungi tempat pameran di Hotel Intercontinental.

Dalam acara 12th TSTP tersebut, Delegasi RI berpartisipasi dalam pameran dan seminar dengan 5 topik yang berbeda yaitu (1) Biotechnology, (2) New Materials & Welding Technology, (3) Food and Marine Technologies, (4) Information & Communication Technologies, dan (5) Space Science & Technology.

Delegasi RI dipimpin oleh Dr. Finarya Legoh, Asdep Program RIPTEK Internasional/National Focal Point ASEAN COST, sedangkan ke 6 delegasi lainnya adalah:
(1) Dr.Ir. A. Arivin Rivaie, MSc-DEPTAN, pembicara bidang Biotechnology dengan makalah 'Optimizing the estrans process in manufacturing biodiesel from Jatropha curcas L.Oil';
(2) Dr. Masbah Siregar-LIPI, pembicara bidang New Materials & Welding Technology dengan makalah 'Research On Laser Application for Material Processing;;
(3) Ir. Roy Heru Trisnamurti, MSc-LIPI, pembicara bidang Food and Marine Technologies dengan makalah 'Functional Food Development Based On Indonesian’s Traditional Food Tempeh, A Science and Perspective';
(4) Prof. Dr. Engkos Koswara N-RISTEK, pembicara bidang Information & Communication Technologies dengan makalah 'AGOS (ASEAN, Go Open Source): Indonesian Concept Paper';
(5) Dr. Soewarto Hardhienata-LAPAN, pembicara bidang Space Sciences & Technology dengan makalah 'Space Science and Technology Applications in Indonesia'; serta
(6) Nada Marsudi-RISTEK, ASEAN COST Secretariat Indonesia/penanggung jawab Exhibition dengan tema 'Indonesian Current Development in Research, Science and Technology'.

Pertemuan Tingkat Menteri antara India dan beberapa Menteri/Perwakilan dari Kementerian IPTEK ASEAN juga dilaksanakan pada acara 12th TSTP. Pertemuan ini menghasilkan beberapa inisiatif baru untuk meningkatkan kerjasama IPTEK lebih lanjut, antara lain dengan pembentukan India-ASEAN S&T Development Fund, yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan litbang bersama pada bidang-bidang bioteknologi, pharmaceuticals, pertanian dan bahan baru (advanced materials).

Selain itu, ASEAN dan India juga akan melaksanakan penyelarasan standar kerjasama yang berkaitan dengan produk-produk bioteknologi, serta akan mempertimbangkan pembentukan an India-ASEAN Institute for Intellectual Property untuk pembangunan kapasitas SDM serta untuk penyediaan training bagi kawasan regional ASEAN. ASEAN dan India juga akan meningkatkan hubungan antara institusi akademi, laboratorium penelitian, badan maupun industri professional lainnya untuk menciptakan suatu 'knowledge grid' serta mendukung mobilitas anggotanya dalam komunitas ilmiah.

ASEAN dan India juga menyepakati untuk menyelenggarakan Technology Summits yang berkala di masa yang akan datang, serta menggunakan platform yang sudah ada di India maupun Negara ASEAN, untuk meningkatkan daya saing mereka dengan melakukan kerjasama yang kooperatif diantara semua stakeholders yang terlibat.