R I S T E K

Kementerian Negara Riset dan Teknologi

PROGRAM RISET,
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

I N T E R N A S I O N A L

Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Republik Indonesia

Sunday, January 01, 2006
Pada tahun 2006, Sidang Tahunan (General Conference/GC) International Atomic Energy Agency yang diadakan setiap bulan September telah memasuki urutan pelaksanaan ke 50. Sidang Tahunan tersebut diselenggarakan di Wina pada 18-22 September 2006. Pimpinan Sidang GC 50 terpilih adalah Dubes Abdul Samad Minty dari Afrika Selatan. Dalam pemilihan anggota General Committee, yang terpilih sebagai Wakil Presiden adalah delegasi Bolivia, Belgia, Kanada, Mesir, Iran, Republik Korea dan Rusia. Sesuai proposal Presiden, yang ditunjuk sebagai ketua Committee Of The Whole adalah Peter Shannon (Australia) sementara delegasi Siprus, Perancis, Polandia, Suria, AS dan Venezuela juga menjadi anggota General Committee.

Delegasi Republik Indonesia (Delri) dipimpin oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menegristek) RI sebagai Ketua Delegasi. Sementara itu, alternatif pengganti adalah Duta Besar RI untuk Republik Austria dan Watapri, Kepala BATAN dan Kepala BAPETEN. Sedangkan anggota Delri sendiri terdiri dari unsur yang berasal dari Deplu, BATAN, BAPETEN, dan KBRI/PTRI Wina. "Tiga alur pokok masalah yang dibahas pada Sidang Tahunan tersebut adalah masalah politik, masalah teknis, dan masalah teknis yang bermuatan politik. " Republik Malawi, Republik Mozambik, Republik Mentenegro, dan Republik Palau dinyatakan sebagai anggota baru dan berhak mengikuti GC ini.

HASIL-HASIL PENTING
Pada sesi pembukaan, Dirjen IAEA menyampaikan pidatonya dan dilanjutkan dengan sambutan dari Sekjen PBB yang di-relay via satelit. Presiden Austria pun turut memberikan kata sambutan pada sesi ini. " Dirjen IAEA, DR. ElBaradei mengungkapkan bahwa Sesi Reguler ke-50 IAEA ini dipakai untuk mengevaluasi perkembangan upaya pemanfaatan tenaga nuklir untuk tujuan damai selama 50 tahun terakhir dan tantangannya di masa mendatang. Antara lain termasuk meningkatnya kebutuhan dan tren pemanfaatan teknologi nuklir untuk pembangkit tenaga listrik; aplikasi di bidang medis, pertanian, industri, pengelolaan air dan perlindungan lingkungan hidup. Juga disampaikan bahwa tantangan yang harus disikapi adalah isu peningkatan keamanan dan keselamatan kegiatan nuklir dan pencegahan penyalahgunaan tenaga nuklir untuk terorisme; upaya verifikasi dan nonproliferasi; dan tren program kerjasama teknis yang semula bersifat bantuan dan kini lebih merupakan kemitraan. " Sidang ini membahas 25 mata acara. Secara keseluruhan, pembahasan sidang masih tetap diwarnai oleh topik-topik yang relatif telah menjadi tradisional. Seperti kerjasama teknik, isu aplikasi iptek nuklir, isu nuklir di Korea Utara dan Timur Tengah. Setelah acara pembukaan oleh Sekjen IAEA, sidang GC tahun ini juga diwarnai oleh prakarsa baru, seperti di bidang terorisme nuklir dan pendekatan atau kerangka baru di tingkat multilateral untuk nuclear full cycle, termasuk mekanisme jaminan ketersediaan pasokan (supply assurance). " Agenda pembahasan GC mencakup: Debat umum dan pembahasan laporan tahunan IAEA 2005 Pemilihan anggota baru untuk Board of Governor, di mana Indonesia sudah menjadi anggota Keuangan Kontribusi negara anggota Penguatan peran IAEA dalam kerjasama internasional bagi keselamatan nuklir Radiasi Transportasi dan manajemen limbah Langkah pencegahan terhadap terorisme nuklir Aktivitas kerjasama teknis Aktivitas berkaitan dengan aplikasi iptek nuklir Penguatan efektivitas dan efesiensi sisten pengamanan dan aplikasi model Protokol Tambahan/Additional Protocol. Implementasi persetujuan pengamanan NPT antara IAEA dan Korea Utara Penerapan pengamanan penggunaan nuklir di Timur Tengah serta Kemampuan dan ancaman nuklir Israel.

" Pada acara debat umum dan pembahasan laporan tahunan IAEA 2005, para delegasi umumnya menyoroti berbagai aspek kegiatan IAEA dalam melaksanakan tiga pilar utamanya yaitu verifikasi, keselamatan, dan teknologi. Untuk itu mereka menyampaikan komitmen untuk terus mendukung IAEA dalam melaksanakan kerjanya di masa mendatang. Para delegasi menyampaikan ucapan selamatnya kepada IAEA dan Dirjen IAEA atas perolehan Hadiah Nobel yang dianggap sesuai dengan kinerja dan peran IAEA selama ini sebagai badan PBB yang penting dalam meningkatkan pemanfaatan energi nuklir untuk maksud damai dan mencegah proliferasi senjata nuklir. Dalam membahas agar penggunaan nuklir untuk tujuan damai dapat berjalan " menghimbau agar Israel " memfokuskan pernyataannya pada masalah kerjasama tanpa ancaman penyalahgunaan seperti terganggunya suplai bahan energi nuklir untuk pembangkit listrik akibat diadakannya tindakan-tindakan pencegahan penyalahgunaan bahan nuklir. Mengenai topik tersebut, para delegasi umumnya menyampaikan kembali komitmen mereka terhadap NPT, Comprehensive Safeguards, dan Additional Protocol, serta menekankan pentingnya pemberlakuan segera untuk Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty. Untuk hal yang sama, AS telah meluncurkan gagasan Global Nuclear Energy Partnership (GNEP) dan bersama 5 negara (Perancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Belanda) memprakarsai pembentukan Concept for a multelateral mechanism for reliable access to nuclear fuel (RANF). Gagasan 6 negara tersebut merupakan upaya menghadapi tantangan rezim non-proliferasi nuklir, termasuk penyalahgunaan teknologi daur ulang bahan bakar sensitif, dengan menjanjikan jaminan (assurances) suplai yang dapat dipercaya dalam hal jasa pengayaan (enrichment) atau uranium yang diperkaya, melalui usulan pembentukan formal sebuah standing multilateral mechanism dalam IAEA. Mengenai isu nuklir di Timur Tengah, seluruh delegasi mengikuti jejak semua negara di kawasan tersebut yang telah menjadi pihak NPT, demi terciptanya Nuclear Weapon Free Zone di wilayah ini. Israel juga diminta agar mengikutsertakan seluruh instalasi nuklirnya di bawah pengawasan IAEA. Mengenai Iran, sejumlah negara khususnya Uni Eropa/EU menyatakan kekecewaan atas kegagalan IAEA untuk segera melakukan klarifikasi dan konfirmasi sifat damai program nuklir negara tersebut. Mereka mendukung resolusi DK PBB 1696 yang meminta Iran untuk menghentikan kegiatan pengayaan uraniumnya. EU menyambut baik pertemuan antara pihak mereka dan Iran, serta mendorong agar Iran terus melibatkan diri dalam proses ini. Di pihak lain, kelompok negara berkembang menyatakan harapan mereka agar masalah Iran dapat dilakukan melalui jalan diplomatis dan damai. Sidang GC telah mengesahkan rancangan resolusi (ranses) Application of IAEA Safeguards in the Middle East (GC.50./L) melalui voting dengan hasil 89 mendukung ranses (termasuk Indonesia), 2 menolak (AS dan Israel), dan 3 abstein (Australia, Kamerun, Nigeria). Delegasi Indonesia teknis, dana kerjasama teknis, pemanfaatan iptek nuklir dan aplikasinya untuk maksud damai, serta isu-isu safeguards di Timur Tengah dan Korea Utara. Dalam kaitan dengan kerjasama teknis, Delri secara khusus menyambut baik kesepakatan atas tingkat kontribusi untuk Technical Cooperation Fund (TCF) 2007-2008 dan Indicative Planning Figures 2009-2011 dan menyampaikan komitmen untuk terus memenuhi kewajiban finansialnya pada TCF. Delri juga menyampaikan beberapa program dan proyek yang telah dilakukan dalam kerangka kerjasama dengan IAEA. Mengenai berbagai gagasan dan pendekatan baru yang muncul dewasa ini dalam mengatasi tantangan safeguards dan non- Halaman 10 dari 14 proliferasi, khususnya melalui pengaturan jaminan pasok (supply assurance) bahan bakar nuklir dan prakarsa global memerangi terorisme nuklir. Delri menyampaikan pandangan bahwa gagasan semacam itu hendaknya dibahas melalui kesepakatan multilateral yang dinegosiasikan, universal, komprehensif dan non diskriminatif. Delri juga menekankan bahwa gagasan tersebut hendaknya tidak membatasi akses negara-negara berkembang terhadap bahan dan teknologi nuklir untuk maksud damai, sesuai dengan Pasal IV NPT.

Mengenai perkembangan di Timur Tengah, Delri menyampaikan kecaman atas pelanggaran hukum internasional yang telah dilakukan oleh Israel dan menekankan pentingnya dilanjutkan negosiasi proses damai melalui berbagai jalur. Mengenai situasi di Semenanjung Korea, Delri menekankan pentingnya denuklirisasi di kawasan tersebut dan dalam hal ini mendukung pernyataan yang dikeluarkan saat KTT GNB di Havana.

PERTEMUAN TAMBAHAN
Delegasi Republik Indonesia dan Delegasi Vietnam, bertemu dengan Dr. Mohamed, Dr. Woo Sik KIM dan rombongan yang dilakukan di sela-sela GC ke-50. Dalam pertemuan ini disepakati agar MOU kerjasama S&T Indonesia dan negara tersebut dapat segera ditandatangani. Ruang lingkup MOU adalah: nuklir untuk energi, obat dan pangan. Sesudah MOU ditanda-tangani, akan diadakan Joint Committee Meeting di Korea atau di Indonesia (tempat akan ditentukan kemudian). Dalam pertemuan anta Delegasi Vietnam menyatakan ketertarikannya mengunjungi BATAN dan BAPETEN dalam waktu dekat.

Menegristek juga mengadakan pertemuan dengan Dirjen IAEA, ElBaradei, pada 19 September 2006. Menegristek menyatakan terima kasih dan penghargaan kepada IAEA yang telah membantu Indonesia mengembangkan teknologi nuklir dalam berbagai bidang, tertutama energi, pangan dan kesehatan. Khusus yang berkaitan dengan rencana pembangunan PLTN, dinyatakan bahwa rencana ini telah dalam posisi yang lebih baik karena telah mendapat dukungan baik dari pemerintah maupun parlemen Indonesia. Yang tengah diusahakan sungguh-sungguh adalah kepercayaan langsung dari masyarakat. Menegristek mengundang secara khusus kepada Dirjen IAEA untuk berkunjung ke Indonesia, dan memberikan ceramah pada Presidential Lecture, yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dunia dan masyarakat Indonesia sendiri bagi kesungguhan Indonesia untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan dalam tujuan damai.
Memenuhi undangan pemerintah Indonesia, Dirjen IAEA akan berkunjung ke Jakarta pada tanggal 7 sampai dengan 9 Desember 2006. Selama di Jakarta Dirjen IAEA mengadakan “Presidential Lecture” di depan Presiden RI dan Kabinet , courtesy call ke Menteri terkait dan bertemu dengan Anggota DPR khususnya Komisi I dan Komisi VII.