R I S T E K

Kementerian Negara Riset dan Teknologi

PROGRAM RISET,
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

I N T E R N A S I O N A L

Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Republik Indonesia

Monday, February 05, 2007
Atas undangan KNAW Belanda, dalam rangka menindaklanjuti kerjasama bilateral Indonesia dengan Belanda di bidang iptek, Kementerian Negara Riset dan Teknologi mengutus Dr. Wahono Sumaryono, Apt. APU. (Deputi Kepala Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT) dan 2. Ir. Yahya Kurniawan, MAPPSC (Peneliti Madya pada Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) untuk menghadiri pra Joint Working Committee Meeting dengat tema "Agriculture Beyond Food" yang diadakan di Amsterdam Belanda, pada tanggal 1-2 Februari 2007.

Pada pertemuan tersebut, delegasi Indonesia menyampaikan presentasi tentang program biofuel di Indonesia, khususnya dari Jathropa dan Tebu di hadapan sekitar 30 orang pakar dari berbagai bidang terkait yang berasal dari berbagai universitas dan institusi di Belanda. presentasi tersebut direspon dengan baik oleh pihak mitra di Belanda.

4 hal yang disampaikan oleh pihak delegasi terutama dalam program biofuel dari tebu antara lain:

a. Pengembangan varietas tebu untuk biofuel
Tahun lalu P3GI telah merakit varietas tebu genjah yang masak dalam umur 7 bulan khusus untuk mendukung program biofuel nasional, tetapi varietas ini masih perlu diuji adaptasi di berbagai lokasi di Indonesia agar siap untuk diimplementasikan. Diharapkan varietas umur pendek ini dapat mendukung produksi bioethanol untuk dapat berproduksi selama 300 hari dalam 1 tahun dengan biaya yang efisien. Upaya pengembangan varietas tebu untuk produksi bioethanol sangatlah urgen dalam pengembangan biofuel dari tebu.

b. Revitalisasi pabrik gula
Kondisi sebagian pabrik gula di Indonesia masih perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kemampuannya dalam memproduksi gula secara efisien. Salah satu aspek utama yang perlu direvitalisasi adalah efisiensi energi di pabrik gula dan penyebab utamanya antara lain adalah masih digunakannya boiler lama yang bertekanan rendah ( dibawah 20 bar). Dengan kondisi tersebut peralatan terkait juga menjadi kurang efisien sehingga revitalisasi energi akan menjadi dasar dalam meningkatkan kemampuan produksi gula yang efisien dan modernisasi peralatan prosesing gula akan dapat lebih mudah dilakukan. Hal ini sangatlah penting diupayakan agar program biofuel dari tebu dapat dilaksanakan tanpa mengganggu suplai gula untuk kebutuhan domestik.

c. Penelitian optimasi produksi bioethanol tebu
Produksi bioethanol dari tebu masih menggunakan nira tebu dan molasses sebagai bahan bakunya. Produktivitas bioethanol dari tebu pada saat ini mencapai 6000 - 10000 L bioethanol/Ha. Apabila bagian lain dari tanaman tebu dapat pula digunakan sebagai bahan baku produksi bioethanol maka produktivitas tebu akan dapat ditingkatkan menjadi 12 000 - 15 000 L bioethanol/Ha. Dengan demikian terjadi penghematan penggunaan lahan untuk memproduksi bioethanol dengan jumlah yang sama. Penelitian ini diusulkan untuk dimasukkan dalam program agar bisa lebih cepat berhasil untuk mendukung program biofuel nasional.

d. Pemanfaatan limbah produksi bioethanol
Produksi bioethanol secara nasional perlu diantisipasi dampaknya terhadap lingkungan terutama dari akibat limbah yang dihasilkan.sehingga produksi bioethanol dapat berlangsung dengan lancar. Pemanfaatan limbah dengan terencana dan benar perlu didukung dengan data penelitian yang cukup. Pemanfaatan limbah produksi secara ngawur dan sembarangan akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Misalnya dalam pemanfaatan limbah produksi bioethanol untuk lahan tanaman tebu, penggunaan secara sembarangan justru akan menurunkan pembentukan kadar gula dalam batang tebu. Dengan demikian apabila limbah produksi bioethanol dapat dimanfaatkan dengan baik maka produksi bioethanol secara nasional dapat dilakukan dengan aman.

Pertemuan JWC Kerjasama IPTEK Indonesia-Belanda akan diadakan pada bulan Juni 2007 di Belanda.